Sabtu, 22 November 2008

Membahas Tentang Proteksi Tanaman Sawit

Membahas Tentang Proteksi Tanaman

Proteksi Tanaman

Konsep penelitian di Kelti Proteksi Tanaman selalu didasarkan pada pedoman pengendalian hama, penyakit dan gulma secara terpadu di perkebunan kelapa sawit. Penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2006 meliputi pengendalian penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma boninense, penyakit bercak daun di pembibitan kelapa sawit dan penyakit tular tanah pada tanaman hortikultura, pengendalian hama Oryctes rhinoceros, hama rayap Coptotermes curvignatus, dan hama ulat api Setothosea asigna.

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

 Penelitian ini adalah lanjutan dari penelitian tahun sebelumnya di kebun Aek Pancur Sumatra Utara melalui penerapan sistem lubang tanam besar (3,0 m x 3,0 m x 0,8 m yang didalamnya terdapat lubang tanam standar ukuran 0,6 m x 0,6 m x 0,6 m). Hasil penelitian sampai tahun kedua setelah tanam menunjukkan bahwa tingkat kejadian penyakit pada sistem lubang tanam besar sebesar 0,26% lebih rendah dibandingkan dengan sistem lubang tanam standar sebesar 3,08%. Teknik pengamatan kejadian penyakit didasarkan pada pengamatan secara visual maupun secara molekuler.
Hasil uji molekuler juga memperlihatkan bahwa beberapa sampel akar tanaman kelapa sawit yang diduga sehat secara visual, telah terinfeksi oleh G. boninense.

Hal ini membuktikan bahwa pada daerah endemik Ganoderma, tanaman telah mulai terinfeksi oleh G. boninense kurang dari 2 tahun setelah tanam. Kajian epidemiologi Ganoderma seperti ini akan sangat berguna bagi pengendalian penyakit yang tepat.
Penelitian epidemiologi Ganoderma yang lain merupakan penelitian lanjutan dari tahun sebelumnya dan telah berhasil di isolasi 60 isolat Ganoderma yang berasal dari tanaman kelapa sawit, kelapa, pinang, enau, rumbia, karet, akasia dan kayu hutan. Isolat-isolat ini telah diuji secara molekuler menggunakan primers ITS ¼ dan enzim Mlu dan beberapa di antaranya menunjukkan jumlah pasang basa yang sama dengan G. boninense patogenik. Isolat-isolat ini nantinya akan diuji patogenisitasnya di pembibitan kelapa sawit dengan terlebih dahulu ditumbuhkan dalam media kayu karet dan serbuk gergaji.

Pengendalian hama Oryctes rhinoceros

Pengendalian hama O. rhinoceros secara terpadu dengan mengkombinasikan penggunaan Metarhizium anisopliae untuk mengendalian larvanya dan aplikasi feromon sintetik agregat untuk menarik kumbang (imago) nya sehingga populasinya terkendali.

Metarhizium anisopliae telah diformulasikan dalam berbagai bentuk meliputi: jagung, granul dan tepung maupun kombinasinya. Formulasi ini diciptakan untuk mempermudah aplikasi pada tandan kosong kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit.

Penelitian dilakukan di berbagai perkebunan kelapa sawit meliputi: Kebun Bangun Bandar PT Socfindo, Kebun Sei Mangkei PTPN IV, Kebun Teluk Dalam PT. Padasa Enam Utama dan Kebun Sei Rokan PTPN V.

Hasil penelitian di laboratorium pada berbagai formulasi menunjukkan bahwa masing-masing formulasi dapat menyebabkan mumifikasi larva 100% dengan formulasi jagung menjadi formulasi yang paling cepat menyebabkan kematian larva O. rhinoceros dalam waktu 2-4 minggu setelah aplikasi. Sedangkan aplikasi di lapangan, formulasi tepung merupakan formulasi terbaik pada tingkat mortalitas larva 44% selama 6 minggu setelah aplikasi.


Pengujian feromon sintetik agregat etil 4-metil oktanoat dilakukan selama lebih kurang 9 bulan. Pemasangan feromon ini dapat menurunkan tingkat serangan kumbang dari 80% menjadi 4%. Pemasangan feromon secara masal dan terus menerus dapat mengurangi jumlah kumbang O. rhinoceros secara signifikan dan dapat menjadi sarana monitoring hama tersebut.


Hama sekunder yang sering muncul ketika ada serangan O. rhinoceros adalah Rhynchophorus spp. Kelti Proteksi Tanaman telah menguji feromon untuk hama sekunder tersebut pada tanaman kelapa sawit dan kelapa. Penelitian tersebut dilaksanakan di Kebun Bukit Sentang PPKS dan Disbun Jawa Tengah dengan hasil tangkapan sebanyak 9 kumbang jantan dan 7 kumbang betina serta 23 kumbang Rabdocelus obscurus dalam waktu 2,5 bulan.

Aktivitas penelitian yang lain

Penelitian mengenai pengendalian hama dan penyakit lain adalah pengendalian hama rayap Coptotermes curvignatus di lahan gambut dengan menggunakan M. anisopliae, pengendalian penyakit bercak daun di pembibitan secara kimiawi, pengendalian patogen tular tanah pada tanaman hortikultura dengan Trichoderma harzianum, dan isolasi jamur entomopatogen Cordyceps millitaris sebagai pengendali pupa ulat api Setothosea asigna.

1 komentar:

imam mengatakan...

feromon agregat itu seperti apa?